Rabu, 13 Mei 2015

Rencana Yesus Pasti

Renungan:

Kej 38: 1-30
Sudah pasti pernah membaca cerita tetang Tamar menantu Yehuda, yang pernah dua kali menikah dan dua kali juga gagal untuk mendapatkan keturunan. Pernikahan pertama, dia menikah dengan "Er" anak sulung Yehuda lalu tidak lama kemudian "Er" meninggal. penyebabnya, Alkitab mencatat "Er jahat di Mata Tuhan". Pernikahan kedua, Menikah lagi dengan "Onan" adek "Er". bagi orang batak ini sah-sah saja, istilah batak, "turun tangga". Lalu kemudian "Onan" juga mati. Alkitab mencatat "Onan mati karena ia tidak bersedia memberikan keturunan", lalu Tuhan juga melihat hal ini jahat di mata Tuhan, besar kemungkinan Er juga meninggal karena dosa yang sama.
Yehuda yang hanya mempunya tiga anak, Ia berniat untuk tidak memberikan Syela anak bungsunya kepada Tamar, Yehuda menyuruh Tamar untuk kembali ke rumah orangtua nya dan hidup sebagai seorang janda.
Tapi biar bagaimanapun cara yang kita pakai untuk menggagalkan rencana Yesus, Yesus tidak kekurangan cara untuk mensukseskan rencana-Nya.
Beberapa lama kemudian Istri Yehuda yaitu syua meninggal. lalu Yehuda pergi ke Timna. Tamar yang sudah lama menjanda sambil menunggu janji Yehuda bahwa Syela anak bungsunya akan diberikan, tapi tidak kunjung diberi, Tamar pun melepaskan jubah kejandaannya lalu "menyamar" sebagai seorang perempuan sundal dengan menutup wajahnya. lalu Yehuda menyangka tamar adalah perempuan sundal. Yehuda menidurinya dan akhirnya mengandunglah Tamar dari Yehuda.
"Dilihat dari sudut pandang moral, perbuatan Tamar sungguh tidak bermoral. Akan tetapi, Tamar yang menyelubungi tubuhnya dengan pakaian pelacur dan duduk di di pintu masuk di mana banyak orang berlintas di Enaim di jalan ke Timna (kej 38: 14a) adalah benar-benar bukan tindakan untuk memenuhi nafsu birahinya maupun untuk mendendam kepada ayah mertuanya. di dalam situasi, bahwa tamar bisa saja dituduh sebagai penjinah lalu mati dibunuh, keinginannya yang mempertaruhkan nyawanya untuk melanjutkan silsilah yang kudus dari Allah, setelah Abraham, Ishak, Yakub dan Yehuda, adalah tindakan yang berasal dari iman" (Pdt. Abraham Park, D.Min., D.D.)
Tamar melahirkan anak kembar dari Yehuda, Peres dan Zerah. dilihat dari sudut pandang penebusan, dengan kedatangan Yesus Kristus duaribu tahun lalu, Peres yang dilahirkan Tamar menjadi generasi kelima dalam silsilah Yesus ( Matius 1: 3).
Kita harus percaya, bahwa kalau Tuhan sudah memanggil dan memilih kita, dia pasti mempunyai rencana untuk kita dan tidak berubah-ubah rencana-Nya. meskipun persoalan kita menjadi asap hitam yang menutupi mata rohani kita, yang akhirnya membuat masadepan kita menjadi samar-samar, tapi percayalah, kalau Allah yang memanggil dan memilih kita, rencananya pasti untuk kita asalkan kita menghambakan diri kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Amin

by: Jackson Sharon Nababan, S.Th

Rabu, 12 Desember 2012

TINJAUAN KRITIS TERHADAP DOTRIN KESELAMATAN MENURUT SAKSI YEHOWA



Penulis: Jackson Sharon Nababan, S.Th
BAB I

PENDAHULUAN
Keselamatan merupakan kebutuhan mutlak seluruh manusia. Maka tidak heran, di dunia ini ada banyak paham yang mengajarkan tentang keselamatan. Dalam ajaran Alkitab, ada beberapa Sekte yang berbeda Paham tentang ajaran Alkitab mengenai keselamatan. salah satu contoh kasus  adalah Protestan/Kristen dengan saksi Yehowa. Dua sekte ini tidak pernah ada titik temu dan tidak mungkin ada titik temu berkaitan dengan keselamatan yang walaupun kedua sekte ini sama-sama memegang Alkitab sebagai dasar ajarannya.
a.      Latar Belakang
Di Indonesia Saksi Yehowa diakui sebagai ajaran yang sah ketika zaman Presiden Gusdur, maka sejak saat itu saksi Yehowa dengan berani melakukan trobosan-trobosan untuk mengajarkan paham keselamatan yang dipahaminya. Menurut mereka, kekristenan yang sejati itu adalah Saksi Yehowa. Pemahaman itu dikarenakan presuposisi Teolog-teolog Saksi Yehowa yang menolak ketrinitasan (tunggal tree), menganggap yang mengakui kristus sebagai pencipta adalah penyembah berhala atau sesat. tapi yang menarik untuk disimak adalah, bahwa Saksi Yehowa tetap mengakui Yesus sebagai jurus'lamat, tetapi bagi "Saksi Yehowa" Yesus bukan Pencipta atau "YHWH" dalam bahasa Ibrani, yang dibaca Adonai, yang berarti TUHAN Pencipta alam semesta.

b.      Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan, supaya pembaca memahami dengan benar keselamatan menurut Saksi Yehova dan mampu bersikap kritis terhadap ajaran itu dari perspektif Firman Allah yang benar. sehingga apabila bertemu dengan saksi Yehowa, pembaca bisa berapologet dengan mereka.

c.       Defenisi Istilah
Istilah Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen, milenarian, restorasionis yang dahulu bernama Siswa-Siswa Alkitab hingga pada tahun 1931. Agama ini diorganisasi secara internasional, lebih dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah's Witnesses atau Jehovas Zeugen, yang mencoba mewujudkan pemulihan dari gerakan Kekristenan abad pertama yang dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus.[1]


BAB II
DOKTRIN KESELAMATAN MENURUT SAKSI YEHOWA
A.    Keselamatan oleh Iman disertai Perbuatan
Orang macam apa yang akan Allah berikan kehidupan di Firdaus? Orang yang mempunyai iman, iman yang sejati. Ingatlah bahwa iman yang sejati didasarkan atas pengetahuan yang saksama akan firman Allah. Oleh karena itu, teruslah berusaha untuk lebih mengenal Allah dan Yesus. Iman yang sejati disertai dengan perbuatan-perbuatan yang adil benar. Firman Allah menyatakan, “Iman tanpa perbuatan adalah mati”. (Yakobus 2: 26). Dengan melakukan perbuatan baik itu, anda akan mencerminkan sifat-sifat Allah yang mengagumkan, kuasa, keadilan, hikmat dan kasih. Teruslah berupaya keras memperkembangkan sifat-sifat yang saleh ini. Dengan memupuk iman yang sejati, anda akan mendapatkan pahala yang limpah. Ya, itulah kunci menuju kehidupan yang bahagia, sekarang dan terus sampai masa depan yang abadi.[2]
Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa Allah menyelamatkan hanya orang-orang yang memperlihatkan iman akan korban tebusan Yesus dan yang dengan saksama mengikuti ajaran-ajaran Yesus. (Kisah 4:10-12) Setelah mengetahui beberapa syarat untuk keselamatan, murid-murid Yesus berkata, ”Kalau begitu, siapa yang dapat diselamatkan?” Yesus menjawab, ”Hal-hal yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” (Lukas 18:18-30) Saksi-Saksi Yehuwa dengan sungguh-sungguh berupaya memenuhi syarat-syarat tersebut agar diselamatkan. Mereka juga berusaha keras untuk membantu orang lain agar diselamatkan.[3]

B.     Keselamatan oleh Organisasi-Nya
Tidak soal di mana kita tinggal di bumi ini, Firman Allah terus membantu sebagai terang pada jalan kita dan pelita pada kaki kita sehubungan dengan tingkah laku dan keyakinan kita. (Mazmur 119:105). Tetapi Allah Yehuwa juga telah menyediakan organisasiNya yang kelihatan, ’hambaNya yang setia dan bijaksana’, yang terdiri dari orang-orang yang diurapi dengan roh suci, guna membantu orang-orang Kristen dari semua bangsa agar dapat dengan tepat mengerti dan menggunakan Alkitab dalam hidup mereka. Kecuali kita berhubungan dengan saluran komunikasi yang Allah gunakan, kita tidak akan maju pada jalan menuju kehidupan, tidak soal berapa banyak pembacaan Alkitab kita lakukan.[4] Dengan demikian, keselamatan hanya ada pada ajaran Saksi Yehowa yang adalah organisasi yang telah dipilih Allah untuk mengajarkan kebenaran kepada seluruh umat manusia.

C.    Keselamatan Hidup di Dunia Baru (Firdaus)
Bagi mayoritas orang yang memilih untuk melakukan kehendak Allah, pahala yang layak diupayakan adalah kehidupan kekal di dunia baru Allah. (Mz. 37:11, 29) Yesus meneguhkan bahwa ini adalah harapan yang pasti. Ia mengatakan, ”Berbahagialah orang-orang yang berwatak lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.” (Mat. 5:5) Yesus sendiri adalah pribadi utama yang akan mewarisi bumi kita, seperti diperlihatkan Mazmur 2:8, dan ia akan memiliki 144.000 rekan penguasa di surga. (Dan. 7:13, 14, 22, 27) Orang-orang berhati domba yang hidup di bumi akan ’mewarisi’ wilayah Kerajaan di bumi ’yang telah dipersiapkan bagi mereka sejak dunia dijadikan’. (Mat. 25:34, 46) Dan, kita mendapat jaminan bahwa hal ini pasti terjadi karena Allah, yang menjanjikannya, ”tidak dapat berdusta”. (Tit. 1:2) Kita juga bisa yakin akan penggenapan janji-janji Allah seperti halnya Yosua sewaktu ia mengatakan kepada orang Israel, ”Tidak satu kata pun dari antara semua perkataan baik yang diucapkan Yehuwa, Allahmu, kepadamu yang tidak ditepati. Semuanya telah menjadi kenyataan bagimu. Tidak satu kata pun yang tidak ditepati.”—Yos. 23:14.
Kehidupan dalam dunia baru Allah tidak bakal seperti kehidupan yang tidak memuaskan dewasa ini. Kehidupan itu akan sangat berbeda: bebas dari perang, kejahatan, kemiskinan, ketidakadilan, penyakit, dan kematian. Orang-orang akan memiliki kesehatan yang sempurna dan hidup di bumi yang telah diubah menjadi firdaus. Kehidupan itu akan sangat memuaskan, melebihi apa yang kita idam-idamkan. Ya, setiap hari akan menjadi kesenangan yang besar. Sungguh menakjubkan pahala itu!.[5] Konsep keselamatan yang ditawarkan Saksi Yehowa ini sangat menggoda. Karena, menawarkan keselamatan yang bersifat fisikli yang terhindar dari segala kesakitan fisik maupun batin.

D.    Yehowa Sumber Keselamatan
Memang, jika dibaca sekilas semua terbitan Menara Pengawal, Yesus Kristus adalah sumber keselamatan. Namun sesungguhnya, Yesus Kristus bukanlah Sumber keselamatan! Karena menurut Saksi Yehowa Yesus Kristus adalah “manusia yang diangkat Allah secara Khusus, untuk melaksakan rencana Allah” sedangkan Roh Kudus adalah (kuasa Aktif Allah). Maka, Yesus adalah pribadi yang melaluinya manusia mengerti sifat-sifat Yehuwa dan keadil-benaran Yehuwa dan menunjukkan bahwa Yehuwa ada dan Ia Maha Kasih. Dengan Demikian sumber keselamatan bukanlah Yesus Kristus, melainkan Yehuwa, seperti yang dinyatan dibawah ini.
Mengenai penyembah sejati, sang pemazmur menggambarkan Allah yang mengatakan, ”Sebab kepadaku ia memperlihatkan kasih sayangnya, aku juga akan meluputkannya. Aku akan melindunginya karena ia mengenal namaku.” (Mazmur 91:14) Frase ”aku akan melindunginya” secara harfiah berbunyi, ”aku akan menaruhnya di tempat tinggi”, maksudnya, di tempat yang tidak terjangkau. Sebagai para penyembah Yehuwa, kita berlindung pada Dia khususnya karena ’kita memperlihatkan kasih sayang kita kepada-Nya’. (Markus 12:29, 30; 1 Yohanes 4:19) Selanjutnya, Allah ’meluputkan kita’ dari musuh-musuh kita. Kita juga tidak akan pernah dilenyapkan dari bumi. Sebaliknya, kita akan diselamatkan karena kita mengenal nama ilahi dan berseru kepada nama itu dalam iman. (Roma 10:11-13) Dan, kita bertekad untuk ’berjalan dengan nama Yehuwa selama-lamanya’.—Mikha 4:5; Yesaya 43:10-12.
Maka, Pada ”hari Yehuwa yang hebat dan menakutkan itu”, mereka yang dengan loyal melayani Allah akan diselamatkan. (Yoel 2:30-32) Orang-orang yang akan membentuk ”kumpulan besar” yang selamat memasuki dunia baru Allah dan yang tetap setia pada waktu ujian terakhir akan ’dipuaskan oleh-Nya dengan umur panjang’—kehidupan tanpa akhir. Ia juga akan membangkitkan banyak orang. (Penyingkapan 7:9; 20:7-15) Yehuwa benar-benar akan senang untuk ’membuat kita melihat penyelamatan’ melalui Yesus Kristus. (Mazmur 3:8) Dengan prospek agung demikian di hadapan kita, marilah kita terus bersandar pada Allah agar dibantu untuk menghitung hari-hari kita demi kemuliaan-Nya. Melalui perkataan dan tindakan kita, semoga kita terus membuktikan bahwa Yehuwa adalah perlindungan kita.[6]


BAB III
DOKTRIN KESELAMATAN MENURUT PROTESTAN
A.    Keselamatan Oleh Kasih Karunia
Surat Paulus dengan tegas menulis Suratnya kepada jemaat di Efesus, Bahwa keselamatan sama sekali bukan karena perbuatan atau usaha yang dilakukan oleh manusia melainkan oleh kasih Karunia Allah, Maka jangan ada yang memegahkan diri. (Ef 2: 8-9). Pernyataan Paulus ini menunjukkan, bahwa manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri jika bukan Allah yang menyelamatkan. Namun, kasih karunia tanpa Iman adalah angan-angan atau khayalan. Seperti yang dikatakan Elisa B. Surbakti “pada peradaban manusia yang lebih maju cara-cara yang dipakai pun lebih halus dan tampaknya sangat logis dan rasional. Misalnya: Beramal, berbuat baik, beragama, ilmu pengetahuan, humanisme atau filsafat. Namun, semua usaha ini sebenarnya sia-sia belaka karena tidak satu pun cara ini bisa mencapai keselamatan”.[7]
            Dr. B. J. Boland dalam bukunya “Intisari Iman Kristen” berkata, kata “iman” atau “Percaya” menyatakan sikap kita terhadap Tuhan. “Iman” atau “Percaya” adalah perhubungan pribadi antara kita dengan Tuhan. “Hidup di dalam percaya” Berarti: hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dengan menaruh kepercayaan sepenuh-penuhnya kepada Dia. Dan ia menambahkan, kita tidak percaya kepada sesuatu, melainkan kepada seseorang, yakni kepada Yesus Kristus, dan sebab itu kepada Allah yang hidup…. “Iman” atau “percaya” berarti memandang kepada Yesus Kristus, Tuhan yang disalipkan dan bangkit pula. Dengan kata lain: mengakui dia sebagai Nabi yang membuat kita menemukan kebenaran yang sejati; sebagai iman yang benar-benar memperdamaikan kita dengan Allah; sebagai Raja yang memerintah serta melindungi kita selaku warga Negara kerajaan-Nya.[8] Dan Louis Berkhof  menyimpulkan “perbuatan baik itu merupakan buah dari suatu hati yang telah dilahirkan kembali, sebab tanpa hati yang mengalami kelahiran kembali ini tak ada seorang pun yang akan mempunyai sikap hati yang mau mentaati Tuhan dan motivasi untuk memuliakan Tuhan sebagaimana dituntut, matius 12: 33; 7: 7, 18. Louis menambahkan, perbuatan baik itu berpancar dari prinsip kasih kepada Allah dan dari keinginan untuk melaksanakan kehendak-Nya, Ulangan 4:2; I Samuel 15:22; Yesaya 1:12; 29:13; Matius 15:9. Maka, apapun perbuatan baik itu, tujuan akhirnya bukan demi keuntungan manusia, tetapi untuk kemuliaan Allah, yang merupakan tujuan tertinggi yang mungkin dicapai oleh manusia dalam hidupnya. Karena itu, perbuatan baik orang percaya tidak menghasilkan jasa apapun. Luk 17:9-10; Roma 5:15-18; 6:23; Efesus 2:8-10; II Timotius 1:9; Titus 3:5. Ayat-ayat tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa orang percaya menerima warisan keselamatan itu diberikan berdasarkan perbuatan baik, tetapi semata-mata hanya karena anugerah Allah yang cuma-cuma. Namun Louis tidak menyangkali bahwa perbuatan baik itu juga penting. Perbuatan baik itu itu juga perlu sebab dituntut oleh Allah, sebagai buah dari iman, Yakobus 2: 14, 17; 20-22; sebagai ungkapan rasa syukur, I Korintus 6:20; kepada jaminan Iman, II Petrus 1:5-10; dan untuk kemuliaan Allah, Yahanes 15:8; I Korintus 10:31.[9]

B.     Yesus Kristus Jurus’lamat Dunia.
Pdt. Dr, Stephen Tong mengutip sebuah Ilustrasi tentang Keselamatan yang pernah ia dengar dari seorang penginjil,” demikian pernyataanya; “Pada suatu ketika saya pernah mendengar suatu khotbah. Penginjil atau pengkhotbah itu melontarkan satu pertanyaan kepada jemaat--- Seseorang ada di lading, dan tiba-tiba ia melihat angin yang keras meniup ke arah dirinya, dan ternyata ladang itu telah terbakar di bagian belakangnya. Jika tidak ada sesuatu yang terjadi, maka dalam waktu singkat ia akan terbakar karena terkepung oleh api di ladang tersebut. Bagaimanapun cepatnya ia berusaha berlari, tidak mungkin ia bias lari lebih cepat dari tiupan angin tersebut. Apa yang harus dilakukannya? ---- Orang itu harus cepat-cepat membakar lading di depanya. Karena tiupan angin yang keras, maka api di depannya itu akan cepat berjalan ke depan, dan dengan demikian, ia bias berlari menginjak lading yang telah hangus terbakar, mengukuti api yang berjalan cepat ke depan, sampai ia lolos dari kepungan api tersebut. Demikianlah cara Tuhan menyelamatkan, jika kita berada di wilayah lading yang subur yang sedang terbakar itu, di wilayah dosa, di wilayah Adam, maka akhirnya kita akan mati. Tetapi jika masuk ke dalam wilayah Kristus yang sudah diadili, sudah dihukum dan sudah dimatikan; dan kita menginjakkan kaki di sana maka akan selamat. Kita bisa selamat, karena Kristus sudah pernah mati bagi kita.[10]
Firman Tuhan juga berkata Kisah Para Rasul 4: 12 “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”. Yohanes 3: 16) "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Ayat diatas menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat yang hanya oleh-Nya manusia diselamatkan. Dan Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa keselamatan ada pada sebuah sekte, tetapi hanya ada di dalam Yesus. Jadi tidak soal apa merek sektenya yang jelas ia menerima Yesus Kristus Sebagai Tuhan dan Juruslamat yang menebus dosa.
C. Keselamatan Hidup di Surga
Dr. B. J. Boland mengatakan “Hidup yang kekal” lazimnya mengingatkan orang hanya kepada kehidupan di akhirat saja. Dan cirinya yang dianggap terutama ialah: bahwa hidup itu takkan berakhir. “hidup yang kekal” atau “hidup yang sesungguhnya” ialah hidup di dalam kerajaan Allah (bnd Markus 10: 17) dengan ayat 23; Matius 25: 34 dengan ayat 46). Kerajaan itu kini sudah terdapat di dunia ini (biarpun baru dalam bentuk tersembunyi, yakni dimana saja orang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus. Dan sekali kelak kerajaan itu akan dinyatakan dengan penuh kemuliaan. (Wahyu 21:).[11] Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh sependapat, “Kerajaan Allah memang sudah menjadi suatu realitas dalam kehidupan manusia sehari-hari. Benih itu telah ditaburkan. Namun ia (benih itu) belum bertumbuh menjadi pohon yang besar. Kerajaan itu masih dalam proses bertumbuh. Karena itu, pada masa kini kerajaan itu masih tersembunyi, ia tidak dilihat orang. Inilah suatu persoalan iman (Markus 1: 15). Ia menambahakn, pemerintahan Allah memang sedang berlaku di dalam dunia ini, di tengah-tengah kegelapan dan konflik. Karena itu penderitaan adalah suatu pengalaman yang ‘normal’. Tetapi kerajaan itu akan keluar dari kegelapan itu kepada terang dan akan menjadi nyata secara penuh di masa depan. Karena itu, menurut markus, kerajaan itu memiliki masa lampau, masa kini dan masa depan.[12] Sejalan dengan hal ini, Dr. Jaerock Lee menyimpulkan kerajaan masa depan itu adalah, “Kebahagiaan di surga yang tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan di bumi ini yang paling menyenangkan sekalipun”.[13]
 Denver Sizemore dalam bukunya yang berjudul 25 pelajaran tentang doktrin Kristen menjelaskan lebih dalam lagi, Surga- rumah di masa depan bagi orang-orang kudus. Ia mengatakan, ada tiga kriteria surga yang tertulis dalam Perjanjian Baru. Pertama. Surga Tanah Air, penulis Ibrani mengatakan bahwa para tokoh nenek moyang di dalam perjanjian Lama menganggap diri mereka sebagai orang asing dan mengembara di bumi ini dan mencari sebuah tempat tinggal yang lebih baik yaitu “Tanah air yang lebih baik” (Ibrani 11:16). Kedua, Surga suatu kota. Surga disebut suatu kota. Pendapat mengenai sebuah kota Allah, yang keberadaan dengan kehadiran Allah yang sifatnya kekal dan tidak berakhir. Kembali kepada zaman Patriakh ketika Allah mulai mempersiapkan satu umat bagi dirinya. Abraham dikatakan sebagai, “sebab ia menantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun Allah. (Ibrani 11: 10; juga, Ibrani 11: 16b menyatakan bahwa Allah “telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka”. Pemazmur juga menulis hal ini. (Mazmur 46:4-5). Ketiga, Surga disebut sebagai “Rumah Bapa”. Di dalam menghibur murid-murid-Nya Yesus memberitahu kepada mereka bahwa di dalam rumah Bapa ada banyak tempat menunggu mereka. (Yohanes 14: 1-3).[14]

BAB IV
TINJAUAAN KRITIS TERHADAP DOTRIN KESELAMATAN
 MENURUT  SAKSI YEHOWA
A.    Perbuatan Baik Tidak menyelamatkan
Menanggapi pernyataan Saksi Yehowa, yang mengatakan “siapa yang mendapat kehidupan di Firdaus adalah orang-orang yang beriman dan disertai perbuatan-perbuatan”. Sebenarnya, pandangan ini secara tidak langsung berkata, bahwa keselamatan yang akan diterima setiap orang murni atas kehendak manusia yang memilih untuk selamat. sedangkan Alkitab dengan tegas mengatakan. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Efesus 2: 8-9). Jadi jelas, pertama, keselamatan adalah kasih karunia/pemberian Allah, Jadi jika Allah tidak memberi bisa saja. Tapi itu bukan sifat Allah, Ia Maha Kasih, dan Allah tidak menghendaki Manusia binasa. Yohanes mencatat. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3: 16). Kedua, keselamatan hanya oleh iman. Alkitab tidak mendahulukan “Iman” tetapi “Anugerah”. Jadi, keselamatan itu adalah Anugerah dari Tuhan yang di responi dengan iman. Muncul pertanyaan, apakah iman tidak dilihat dari perbuatan?
            Dr. B. J. Boland diatas berkata, bahwa. “Iman” atau “Percaya” adalah perhubungan pribadi antara kita dengan Tuhan. “Hidup di dalam percaya” Berarti: hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dengan menaruh kepercayaan sepenuh-penuhnya kepada Dia. Ia tidak mendefinisikan iman dilihat dari perbuatan, melainkan orang beriman berada dalam persekutuan dalam Kristus. Seperti yang dikatan Louis Berkhof, . Maka, apapun perbuatan baik itu, tujuan akhirnya bukan demi keuntungan manusia, tetapi untuk kemuliaan Allah, yang merupakan tujuan tertinggi yang mungkin dicapai oleh manusia dalam hidupnya. Karena itu, perbuatan baik orang percaya tidak menghasilkan jasa apapun. Penulis sependapat. memang tidak sepatutnya perbuatan baik menjadi tolak ukur menerima upah dari manusia yang penuh keterbatasan. Dan iman tidak selalu dilihat dari perbuatan baik jasmaniah, melainkan rohaniah yaitu persekutuan yang erat dengan Kristus.

B.     Agama Tidak Menyelamatkan
Jika ditanya saksi Yehowa, “Saksi Yehowa yang menyelamatkan?” mereka akan berdalih dan berkata, kami tidak berkata saksi Yehowa menyelamatkan!. Memang benar, saksi Yehuwa tidak pernah berkata bahwa hanya “Sekte saksi Yehuwa” yang menyelamatkan. Tapi pernyataan Saksi Yehowa yang mengatakan “Tetapi Allah Yehuwa juga telah menyediakan organisasiNya yang kelihatan, ’hambaNya yang setia dan bijaksana’, yang terdiri dari orang-orang yang diurapi dengan roh suci, guna membantu orang-orang Kristen dari semua bangsa agar dapat dengan tepat mengerti dan menggunakan Alkitab dalam hidup mereka.” Secara tidak langsung Saksi Yehowa mengatakan, Keselamatan hanya ada dalam agama saksi Yehuwa yang adalah agama/organisasi yang telah dipilih Allah sebagai alat-Nya untuk menyelamatkan manusia. Alasan Saksi Yehuwa berangkat atas pemahaman “Allah tidak pernah memilih banyak organisasi untuk menyalurkan berkatnya kepada bangsa-bangsa lain” salah satu contoh, ketika Tuhan dalam Perjanjian Lama ingin menyalurkan berkatnya kepada bangsa-bangsa lain, Ia hanya memilih satu Bangsa yaitu Bangsa Israel. Maka menurut Saksi Yehuwa, tidak ada keselamatan pada agama lain selain Saksi Yehuwa.
Kekeliruan Saksi Yehuwa ini sudah sangat banyak menyesatkan. Memang benar, dalam Perjanjian Lama Allah hanya memilih banga Israel sebagai sarana untuk menjadi patron, supaya bangsa lain melihat keselamatan yang diberikan Allah kepada mereka. Namun perlu diketahui, dalam Firman Tuhan tidak ditemukan satu pun ungkapan yang menyatakan bahwa Allah hanya memilih satu Sekte/organisasi untuk membawa keselamatan. Dalam firman Tuhan, organisasi atau bangsa bukan pembawa keselamatan, melainkan hanya percaya kepada Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 10:45). Kisah Para Rasul 4: 12 “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”. Ayat ini tidak menyebut nama satu organisasi, tetapi hanya oleh satu nama yaitu Yesus Kristus, Yohanes 3: 16) "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Bukan organisasi yang disebut yang menyelamatkan disini.  Dan kata “Dunia” dalam ayat ini merujuk pada manusia yang tinggal di dalam bumi.  Itu berarti keselamatan bukan saja ada pada satu Organisasi justru bersifat Individu atau perorangan sifatnya. Kisah Para Rasul 4: 12 “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.  Artinya, keselamatan itu bukan terletak pada nama agamanya melainkan pada Kristus sendiri. Maka tidak soal dimana kita tinggal atau apa nama organisasi yang kita pakai yang penting menerima Yesus Kristus Sebagai Tuhan Juruselamatnya.

C.    Keselamatan berada di Surga
Puncak keselamatan berada di surga menuai banyak kontroversi dari golongan para teolog Kristen protestan. Menurut Cahaya Pengharan Ministrie Efesus 2:6 - "dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga." Kita perlu tahu bahwa kedua kata kerja di dalam "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu" dan "memberikan tempat bersama-sama dengan Dia" ditulis dalam bentuk lampau (past tense). Allah telah mengerjakan hal ini. Dia sudah membangkitkan kita bersama-sama dengan Yesus Kristus, membangkitkan kita dari kematian, dari maut masuk ke dalam hidup yang kekal, untuk diberikan tempat bersama dengan Dia di surga. Semua itu merupakan hal yang sudah terlaksana.[15] Sedangkan Denver Sizemore berpendapat, “surge adalah tempat yang sebenarnya ada, tempat dimana orang berlayak menjadi penghuninya akan kesana”. Denver Sizemore juga mengutif pendapat yang mengatakan “surga bukan tempat yang akan dituju”. Canon Farrar, “surge dianggap sebagai sesuatu yang lain, dan bukannya suatu tempat yang kesanan harus dituju”. Patterson Smyth mengatakan, “surge itu bukanlah tempat untuk tinggal atau menetap, tetapi berupa suatu kedudukan khas yang dimiliki manusia diatas bumi ini”.[16] Pendapat Cahaya Pengharapan ministrie, Conon Farrar, Patterson Smyth pada akhirnya, manusia dapat menciptakan surganya sendiri melalui pemikiran-pemikiran dan perbuatan-perbuatan sendiri. Jika demikian, pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Saksi Yehowa yang mengatakan bahwa Firdaus yang diartikan Surga adalah berada di bumi bukan di suatu tempat lain, yang jadinya semua kebahagian bermuara pada diri manusia itu sendiri.
Dalam bab sebelumya penulis sependapat bahwa surga merupakan tempat yang akan dituju oleh orang-orang percaya, seperti yang dikatan, Dr. B. J. Boland, Dr. Samuel Benyamin Hakh, Dr. Jaerock Lee dan Denver Sizemore. Dengan demikian, pernyataan Saksi Yehowa mengenai akhir dari hidup merupakan usaha manusia semata, bukan oleh kasih karunia Tuhan yang memberikan suatu tempat dimasa depan sebagai sebuah hadiah yang tidak mungkin diterima oleh manusia tanpa kasih karunia.

BAB V
 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, Saksi Yehowa merupakan ajaran yang menyelewengkan pengajaran Alkitab, yang menolak Ketuhan Yesus Kristus. Saksi Yehowa beranggapan bahwa Yesus adalah manusia yang special yang diberi oleh Allah untuk menjadi teladan untuk menunjukan sifat-sifat Allah, dengan kata lain, Yesus adalah representative Allah di dunia tanpa Keilahian. Protestan, Yesus juga merupakan representative Allah, dengan istilah manusia 100% Allah 100% memiliki. Ia adalah Allah yang mengonsong dirinya dan mengambil rupa sebagai hamba dan taat sampai mati untuk menggantikan hukuman dosa manusia.
Presuposisi dua aliran ini menjadi starting poin untuk menafsirkan dan menyimpulkan doktrin keselamatan. Saksi Yehowa beranggapan, Protestan telah menghina keberadaan Allah sebagai satu-satunya Allah yang harus disembah. Sedangkan protestan, Saksi Yehowa telah menghina korban penebusan yang dilakukan Yesus Kristus yang adalah Allah yang menjadi manusia.
 Demikian penulisan Makalah, penulis berharap ada koreksian yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.


[2] Menara Pengawal “iman yang sejati menuju kebahagiaa”  Monominoto Seisho Sasshi Kyokai, PDF 2010
http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/2008814, “PERPUSTAKAAN ONLINE WATCHTOWER” 22.30 Wib.
[4] Menara Pengawal, 1/12/1981, Hlm 27 (22.50 wib)
[5] Op. cit. w09 15/3 hlm. 11-15 (23.00 wib)
[6] Ibid. w01 15/11 hlm. 15-20
[7] Elisa B. Surbakti benarkah Yesus Juruselamat Universal, BPK Gunung Mulia Jakarta 2008. Hal 98
[8] Dr. B. J. Boland intisari iman Kristen, BPK Gunung Mulia Jakarta 1997. Hal 15
[9] Louis Berkhof. Teologi Sistematika jilid 4, Momentum Christian Literature, Surabaya 2010, Hal 288, 289
[10] Stephen Tong. Dari iman kepada iman, momentum Christian Literature, Surabaya 2008. Hal  85-86
[11] Op. cit, B. J Boland. Hal 87
[12] Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh. pemberitaan tentang Yesus, Jurnal Info Media Bandung 2008. Hal 51
[13] Dr. Jaerock Lee. Surga, ANDI Yogyakarta 2009. Hal 68
[14] Denver Sizemore 25 Pelajaran Tentang Doktrin Kristen LATM/GJKI Yokyakarta 2008. Hal 65, 66, 71.
[16] Op. Cit. Denver Sizemore. Hal 64